Aku untuk Negeriku, Bugiakso Blog Competition 2009

02.16 Edit This 15 Comments »

AKU DAN JATI DIRI NEGERIKU
(Membangun Jati Diri Yang Tangguh Menuju
Indenesia Lebih Baik)

Jati diri menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah jiwa dan semangat. Untuk membangun semangat yang tinggi membutuhkan jiwa-jiwa yang tangguh agar tak mudah menyerah dalam menghadapi rintangan, selalu semangat kala cobaan menghadang. Dalam hal ini, untuk mewujudkan jati diri yang tangguh (tentu) kita harus membangun dari sekala kecil terlebih dahulu. Terutama mulai dari kita sendiri (pribadi), kemudian lingkungan kita dan mulailah kita beranjak pada sekala besar, mulai memperbaiki dan membangun negara kita tercinta ini –yang sedang curat-marut dan ratusan penduduknya yang masih terus bergulat dalam kemelut

Memang tidak semudah membalikkan telapak tangan berjuang demi negara yang masih dalam keadaan transisi seperti Indonesia. Berbagai rintangan harus kita hadapi penuh kesabaran dan keuletan. Bahkan tidak pelak nyawa harus menjadi taruhannya demi membela yang benar dan memperjuangkan hal-hal yang memang seharusnya kita perjuangkan. Begitulah dengan negara kita sekarang ini. Sehingga penduduknya pun tidak mempunyai mental (pemberani) untuk bersuara demi kebenaran. Seakan negara ini mempunyai slogan “Jangan Berjuang Jika Untuk Kebenaran”. Kita ambil saja kasusnya Bang Munir yang sampai sekarang masih belum diketahui rimbanya, tidak selesai-selesai. Kalau hal ini terus-menerus terjadi pada negara kita dan kita hanya berpangku tangan, kapan negara ini mempunyai jati diri yang tangguh dan bisa memakmurkan penduduknya?

Entah siapa yang harus disalahkan, negara atau rakyatnya yang pemalas? Tapi hendaknya kita (negara kita) memperhatikan syarat-syarat negara supaya negara yang kita bikin, jangan menjadi negara kekuasaan. Kita menghendaki negara pengurus, kita membangun masyarakat baru yang bersandar pada gotong-royong, usaha bersama demi majunya negara; tujuan kita ialah membaharui masyarakat

A. Membentuk Pribadi Tangguh: Dedikasi Untuk Memajukan Negeri Tercinta

Sekarang ini banyak hal-hal yang tidak begitu disukai orang-orang tua. Pada hemat penulis, terlalu banyak waktu diboroskan untuk berfoya-foya. Malam panjang (weekend) menguasai seluruh minggu. Terlalu banyak minuman, terlalu banyak judi, banyak mengisap rokok dan masih banyak lagi hal-hal yang merugikan yang dilakukan remaja kita sekarang ini. Kebanyakan orang-orang Muda kita sekarang adalah “Play Boys” yakni cendrung kepada “hal-hal tidak penting atau main-main” yang memperlemah dirinya sendiri dan secara tidak langsung pada Negara kita. Ada keengganan untuk bekerja keras, dan ini akan terbukti sangat merugikan. Terlalu banyak orang yang mendesak-desak dalam kota, dan terlalu sedikit orang yang tinggal di pedesaan. Pada hakekatnya, terlalu benyak senang-senang dan foya-foya

Tak ada solusi atau mungkin metode untuk mengubah anak muda kita secara ampuh yang bisa serentak mengobahnya menjadi remaja yang berkualitas dan berkepribadian tangguh. Memulai dari sekala yang kecil, menumbuhkan kesadaran diri sendiri dan memulainya dari kita sendiri dan mengoreksi apakah diri kita menjadi pribadi yang dinamis/tangguh atau belum. Sampai dimanakah tahap yang telah kita capai dalam sikap sebagai berikut:

Kaya akan daya cipta, selalu ingin tahu, tidak mau tinggal diam, serba sederhana memandang segala sesuatu, tidak menggantungkan diri pada orang lain. Menaruh kepercayaan terhadap diri sendiri, memiliki daya khayal yang kuat, suka menemukan sesuatu yang baru, pengabdian diri yang besar terhadap Negara, mengarahkan perhatian penuh pada sasaran yang dituju, kemampuan mendahulukan hal-hal penting

Setiap remaja Indonesia hendaknya memelihara (meski sedikit) keahlian yang ia miliki dan terus menerus mengembangkannya. Ia hendaknya mengutamakan perkembangan diri dari pada menghabiskan waktunya dengan hal-hal tidak penting. Ia hendaknya mengutamakan kepercayaan kepada diri sendiri dan keahliannya. Ia hendaknya berani berfikir sendiri

Untuk mencapai itu semua menurut hemat penulis bahwa apa yang orang pasti peroleh sebagai keuntungan atau mencapai target-target yang telah ditentukan dalam kehidupan adalah mutu kesadarannya. Jika kesadaran sudah mantap tertanam dalam jiwa apabila kita mengambil suatu keputusan penting, kita akan selalu sadar akan hal ini jika sewaktu-waktu kita lalai untuk tidak mengoptimalkan pada target-target kita. Kesadaran (pikiran) ini yang perlu kita jaga baik-baik, karena kesadaran manusia bisa merosot sedemikian rendah, sehingga sama dengan binatang liar atau bisa sedemikian tinggi sehingga manusia dikenang orang banyak dari abad keabad

B. Optimalisasi Lingkungan Hingga Negara: Memabangun Bangsa Yang Lebih Cerah Di Masa Mendatang

Sekarang ini tak banyak orang tahu sedikit, akan tetapi lebih sedikit lagi orang yang tahu banyak. Surat-surat kabar memberi kita sekelumit mengenai segala macam soal. Anak umur 12 tahun sekarang memiliki pengetahuan umum yang lebih luas dari pada rata-rata orang umur 30 tahun, pada lima puluh tahun yang lalu. Dan yang paling disenangi dan digandrungi oleh orang sekarang ialah hiburan, bukan pengetahuan. Siapa yang bisa membuat orang tertawa, menjadi kaya raya, orang mau membayar mahal kepada mereka.

Sekarang ini mutu percakapan-percakapan kita rendah. Kita sekarang, lebih cemerlang, tapi kurang mendalam dibandingkan dengan nenek moyang kita. Lalu bagaimana dengan Negara kita jika penduduknya sudah berperilaku seperti itu, kebiadaban dan kekejaman didalam internal Negara tak bisa dielakkan.

Brtapa berkuasa dan meraja lela kebiadaban didalam Negara-negara yang begitu beradab dan berkebudayaan. Indonesia adalah Negara berkebudayaan tinggi dan adab yang selalu dijunjung tinggi dalam perundang-uandangan dan dalam penerapan masyarakat Indonesia. Indonesia dikenal dengan pemeluk agama yang taat, lembaga-lembaga pendidikan yang memfokuskan pada adab dan kebudayaan sangatlah banyak. Tapi tetap banyak kebiadaban-kebiadan dan pekerjaan yang kotor terus saja berlangsung dari hari ke hari

Mungkin Jerman dahulu dengan Indonesia sekarang: Jerman dengan segala pemikiran-pemikarannya yang kreatif dengan segala penyair, filsuf, dan komponisnya, ditaklukkan oleh orang-orang biadabnya Hitler. Italia, tempat lahir seni pahat dan musik, ditundukkan oleh Mussolini. Perdaban-peradaban besar masa lampau dihancur binasakan oleh orang-orang biadab yang datang menyerbu dari lembah-lembah dan hutan-hutan, akan tetapi sekarang orang-orang biadab itu ada di dalam negeri kita. Mereka menghancurkan struktur nasional yang memberi perlindungan

Orang-orang Romawi purba tahu, bahwa mereka diancam oleh Negara-negara biadab dari Utara –orang-orang Hun, Gotha dan Vandala. Mereka tak bersekutu dengan suku-suku liar. Tak ada orang-orang Hun, Vandala dalam senat Romawi. Tak ada kepala suku biadab yang berniat menghacurkan Roma dari dalam. Cara ini semua ini adalah ciptaan Hitler, sekarang ini dalam tubuh setiap Negara ada minoritas aktif, yang memihak kepada kaum biadab. Dan dimana mereka berkuasa mereka menghacurkan kemerdekaan-kemerdekaan dan kebudayaan-kebudayaan yang dimiliki oleh rakyat-rakyat yang beradab.





Baca Selengkapnya......

Saya Mohon, Bebaskanlah Saya. Berilah Kesempatan Untuk Saya Bisa Berkonsentrasi Pada Dunia Saya

20.45 Edit This 3 Comments »

Ada sedikit selentingan dari salah Dewan A’wan yang membuat saya lega mendengarnya; “Tidak semua santri bakalan menjadi Kiai suma” yang artinya semua santri bebas belajar apa saja semua ilmu-ilmu yang ada bertebaran di Bata-Bata –tapi itu dulu. Sekarang sudah tidak berlaku laku lagi. Dan sangat benar sekali tentang selentingan itu, nanti kalau kita pulang ke rumah masing-masing akan beraneka ragam kehidupannya; ada yang menjadi pengusaha dan semcamnya

Menyangkut dengan hal itu, tentu hobi/kesenangan suatu santri padang bidang ilmu tertentu tidaklah Cuma pada kita kuning belaka. Ada yang ke organesasi, computer, olah raga dan masih banyak lagi yang lainnya. Karena adanya keaneka ragaman bakat tersebut seharusnya Pesantren bias menjadi wadah bakat para santrinya, bukan lantas mencekal dan mempersulit kinerja usaha mereka untuk menekuni bakatnya, karena tujuan mareka tak ada lain kecuali memajukan Bata-Bata Pondok tercinta –melalui bakatnya.

Tujuan para santri masuk ke suatu Pesantren tertentu tentu beraneka ragam juga keinginannya dari rumah sang santri, tidak melulu Cuma pada kitab kuning saja (perlu diingat itu…!!!), sekarang bukan lagi zamannya Kiai Hasyim Asy’ary yang Cuma ngotot pada suatu bidang keilmuan tertentu, yaitu ilmu agama saja tau lebih jelasnya Kitab Kuning. Seharunya kita (lebih-lebih pihak yang terkait) sudah mulai membuka mata akan globalisasi, sekarang sudah zamannya Gus Dur yang mana seorang santri dituntut untuk mempunyai multi keilmuan (tidak Cuma kitab) untuk bisa menjawab dan membendung arus (negatif) Globalisasi yang semakin mengganas

Kita para santri di Pondok Pesantren ini (Pon. Pes. Mambaul Ulum Bata-Bata) untuk bisa mengembangkan bakatnya sangatlah banyak, baik bakat yang dibwa dari rumahnya maupun bakat yang tumbuh di Pon. Pes. Mambaul Ulum Bata-Bata. Tapi mereka sekarang sudah sudah tidak lagi mempunyai harapan lagi (untuk bisa menumbuh kembangkan bakatnya), mereka hanya bisa diam saja (mengikuti arus yang bikin gondok) tidak berkutik. Mau bersuara (apalagi bersuara lantang) sudah tidak mungkin, tidak boleh ada pendapat, tidak boleh ada usulan, apalagi mau mengajukan inovasi baru yang sekiranya demi memajukan Bata-Bata kedepan: semuanya No Comment, No Speeking

Bakat para santri akan hilang lambat laun (kalau terus-terusan kayak begini) tanpa bisa dimanfaatkan, baik oleh diri sendiri, Bata-Bata, dan orang banyak. Dan mereka tidak akan mempunyai tujuan dan menjadi santri yang pisimis, stagnan dan passif untuk membangun (mengembangkan bakatnya) cita-cita cemerlangnya. Sungguh sangat disayangkan!!! Apa itu yang diinginkan Bata-Bata terhadap santrinya???

Baca Selengkapnya......

MK (Melihat Kembali) Bulzit (Injak Tengkuk Sang Guru)

02.43 Edit This 9 Comments »

Kadang seorang untuk membuat kebijakan emang mudah. Tapi apakah dalam titah-titah kebijakan itu tidak boleh kita pertanyakan??? Apakah kebijakan itu benar-benar bijak???

Kali ini kita temukan sebuah kenyataan di pondok pesantren tercinta ini (Po. Pes. Mambaul Ulum Bata-Bata). Sebuah keinginan yang menggebu. Mengharap sesuatu yang serba ekstra dan instan dalam waktu singkat.

MK (Melihat Kembali), inilah salah satu contohnya meng-di(harap) akan ada sebuah perubahan positif yang benar-benar ekstra dengannya. Sedikit terbersit di pikiran dimana dipungut teori-teori yang sekarang berjalan di MK ini.

Tindakan pertama kali yang diambil SANG KONSEPTOR adalah profokasi dan dukungan –titah yang benar-benar tidak bisa di-TIDAK-an. Dan setelah semuanya mengatakan “IYA” mulailah proses itu. Pertama dengan membagi-bagikan angket yang tujuannya agar angket itu diisi dengan benar, sebagai penilaian terhadap staf-staf pengajar. Dan tindakan pertama inilah yang benar-benar mengganjal di pikiran. Kami disuruh untuk menghitung kebaikan-kebaikan guru dengan pertanyaan-pertanyaan yang terhidang, bukan hanya itu. Kami juga disuruh meng-IYA-kan keburukan-keburukan mereka.

Apa sih tindakan selanjutnya yang akan diambil MK??? Setalah mereka membuat merah muka para staf-staf guru yang benar-benar bekam karena ini. Dan ada satu Tanya yang terus berputar-putar di kepala. Selama ini kami diajarkan tentang sikap baik terhadap seorang guru, sampai kami begitu hormat pada beliau-beliau. Dan benarkan tindahkan kami setelah sekian lama kami dicekoki dengan “Ta’limul Muta’allim”??? dan inikah yang KAMU harap???

Baca Selengkapnya......

Ajunan Ini Gimana..

23.53 Edit This 7 Comments »

Ajunan ini gimana...
Ato aku harus gimana?
Ajunan suruh aku maju
Aku maju Ajunan selimpung kakiku
Ajunan suruh aku untuk berkarya
Aku kasih hasil karyaku tidak Ajunan baca
Ajunan suruh aku berkarya
Aku berkarya Ajunan sita alat untuk berkarya
Ajunan bilang "Bergeraklah"!
Aku bergerak Ajunan curiagai
Ajunan bilang "Jangan Betingkah"!
Aku diam saja Ajunan waspadai
Aku mau memajukan Bata-Bata
Ajunan anggap aku bakalan merucak Bata-Bata
Ajunan ini gimana...
Ato aku harus gimana?

Baca Selengkapnya......